Proses membran yang dikenal luas dalam proses pengolahan air adalah proses membran berbasis gaya dorong tekanan seperti mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), dan reverse osmosis (RO). Proses membran merupakan pilihan yang tepat untuk produksi air minum dengan kemampuannya untuk merejeksi kontaminan organik dan anorganik yang berasal dari air. Membran telah teruji dalam pengolahan air dengan kapasitas berkisar dari 40-250.000 m3/hari dengan berbagai jenis umpan seperti air sumur dalam, air tanah, air payau, dan air laut.
Skematik Pemisahan Membran Berbasis Tekanan
Sistem Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi (UF) adalah salah satu proses membran yang saat ini tengah berkembang dengan pesat baik dari perluasan aplikasi maupun pengembangan lainnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan kinerja membran. Sistem UF beroperasi pada tekanan rendah dengan TMP umumnya 0,5-3 bar. Hal ini tidak saja memungkinkan penggunaan nonpositive displacement pumps tetapi juga instalasi membran dapat dikonstruksi dari komponen-komponen sintetik yang lebih murah.
Pengolahan air merupakan salah satu aplikasi yang paling menjanjikan untuk penerapan proses UF. Secara umum, plant pengolahan air konvensional terdiri atas pengolahan fisik (skrining, sedimentasi, flotasi, filtrasi) dan pengolahan kimia (pengaturan pH, koagulasi-flokulasi, oksidasi-reduksi, adsorpsi) [Kurita, 1985]. UF terbukti menjadi sistem pengolahan yang kompetitif dibandingkan sistem konvensional. Untuk memproduksi air yang bersih dan aman biasanya membutuhkan tahap-tahap presipitasi kimia, adsorpsi, sedimentasi dan filtrasi [Anselme & Jacobs, 1996]. Masing-masing tahap harus dikendalikan untuk mendapatkan kinerja keseluruhan process yang optimal yang berakibat pada sistem pengendalian yang kompleks [Clever, dkk., 2000].
Saat ini UF telah digunakan untuk menggantikan tahap klarifikasi pada plant pengolahan air konvensional (koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi), dengan demikian aplikasi UF ini dapat dikatakan sebagai operasi klarifikasi dan desinfeksi. Membran UF merupakan membran berpori akan tetapi seluruh kontaminan partikulat seperti virus dan bakteri termasuk makromolekul dapat direjeksi. Keuntungan utama proses membran UF tekanan rendah dibandingkan klarifikasi konvensional (direct filtration, settling/rapid sand filtration, atau koagulasi/sedimentasi/filtrasi) dan desinfeksi (post-klorinasi) adalah tidak diperlukannya bahan kimia, filtasi berbasis ukuran, kualitas produk yang baik dan konsisten khususnya terhadap penghilangan partikel dan mikroba, proses dan plant yang kompak, dan otomatisasi yang sederhana [Anselme & Jacobs, 1996].
Dalam aplikasinya, tergantung kualitas air baku, UF dapat dioperasikan dalam bentuk operasi tunggal atau kombinasi dengan proses lain (koagulasi, adsorpsi, dll.) atau hibrid dengan sistem membran (UF-MF). UF juga dapat bertindak sebagai proses utama ataupun sebagai pre-treatment misalnya untuk sistem RO.
Reverse Osmosis (RO)
Membran reverse osmosis (RO), atau juga disebut hyperfiltration, menggunakan membran tanpa pori (dense), dimana mekanisme transport terjadi melalui fenomena difusi. Sistem reverse osmosis dapat dikategorikan dalam Low Pressure RO dan High Pressure RO.
Sistem Low Pressure RO menggunakan tekanan operasi 5-10 bar untuk desalinasi umpan dengan TDS hingga 12.000. Membran LPRO seringkali digunakan dalam pengolahan air payau untuk menghasilkan air bersih. Sementara itu, sistem High Pressure RO menggunakan tekanan operasi 40-60 bar untuk desalinasi umpan dengan TDS hingga 35.000, sehingga banyak digunakan untuk desalinasi air laut.
Membran RO sangat rentan terhadap fouling sehingga seperti halnya UF, membran RO memerlukan pretreatment serta pencucian secara berkala. Pencucian RO dapat dilakukan secara fisik maupun kimia, tergantung dari tingkat fouling yang terjadi. Dalam sebuah unit RO, unit pencucian biasanya telah disertakan melalui sistem Clean-In-Place (CIP). Sistem RO kini telah dikenal secara luas oleh masyarakat, dan digunakan dalam berbagai aplikasi pemurnian air skala rumah tangga maupun industri.
Bioreaktor Membran (BRM)
Bioreaktor membran merupakan kombinasi antara proses pengolahan limbah secara biologis dengan proses membran. Bioreaktor membran dikelompokkan menjadi tiga yaitu bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa, bioreaktor membran aerasi, dan bioreaktor membran ekstraktif. Ketiga jenis bioreaktor membran ini memiliki fungsi masing-masing yang disesuaikan dengan jenis limbah.
Peran membran pada bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah menggantikan bak sedimentasi sekunder pada proses pengolahan limbah lumpur aktif. Dengan demikian, pemisahan antara efluen dan biomassa yang biasanya mengandalkan pada proses sedimentasi digantikan dengan proses filtrasi menggunakan membran. Hal ini menghasilkan keuntungan utama berupa penghematan ruang dan dihasilkannya kualitas efluen yang jauh lebih baik dibandingkan kualitas efluen yang dihasilkan proses sedimentasi. Sejumlah kasus yang ada menunjukkan bahwa efluen yang dihasikan dari bioreaktor membran tidak saja memenuhi standar buangan tetapi juga memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk digunakan kembali sebagai air proses. Proses membran yang biasa digunakan untuk bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), dan nanofiltrasi (NF). Dengan ukuran pori yang dimiliki ketiga proses membran ini, maka dapat dipastikan hampir seluruh biomassa maupun pengotor yang terdapat pada umpan yang berasal dari bioreaktor dapat direjeksi sehingga yang melewati membran adalah air yang telah terpisah dari biomassa dan pengotor lainnya. Konfigurasi bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa pada awalnya berupa bioreaktor dan modul membran yang terpisah, kemudian muncul konfigurasi dimana modul membran direndam langsung ke dalam bioreaktor.
Pengembangan teknologi membran yang terus berlanjut dan semakin banyaknya plant yang telah teruji semakin membuktikan bahwa masa depan teknologi pengolahan air adalah teknologi membran. Hal ini didukung pula dengan semakin terjangkaunya harga unit membran selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Saat ini, proses berbasis membran telah dikembangkan pula untuk aplikasi selain pengolahan air, di antaranya penggunaan fuel cell di bidang energy, membran kontaktor, serta membran gas separation.
TEKNOLOGI MEMBRAN UNTUK PENGOLAHAN AIR |081809064845 | jual mesin filter membran ro | jual membran ro | filmtech
Proses membran yang dikenal luas dalam proses pengolahan air adalah proses membran berbasis gaya dorong tekanan seperti mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), dan reverse osmosis (RO). Proses membran merupakan pilihan yang tepat untuk produksi air minum dengan kemampuannya untuk merejeksi kontaminan organik dan anorganik yang berasal dari air. Membran telah teruji dalam pengolahan air dengan kapasitas berkisar dari 40-250.000 m3/hari dengan berbagai jenis umpan seperti air sumur dalam, air tanah, air payau, dan air laut.
Skematik Pemisahan Membran Berbasis Tekanan
Sistem Ultrafiltrasi
Ultrafiltrasi (UF) adalah salah satu proses membran yang saat ini tengah berkembang dengan pesat baik dari perluasan aplikasi maupun pengembangan lainnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan kinerja membran. Sistem UF beroperasi pada tekanan rendah dengan TMP umumnya 0,5-3 bar. Hal ini tidak saja memungkinkan penggunaan nonpositive displacement pumps tetapi juga instalasi membran dapat dikonstruksi dari komponen-komponen sintetik yang lebih murah.
Pengolahan air merupakan salah satu aplikasi yang paling menjanjikan untuk penerapan proses UF. Secara umum, plant pengolahan air konvensional terdiri atas pengolahan fisik (skrining, sedimentasi, flotasi, filtrasi) dan pengolahan kimia (pengaturan pH, koagulasi-flokulasi, oksidasi-reduksi, adsorpsi) [Kurita, 1985]. UF terbukti menjadi sistem pengolahan yang kompetitif dibandingkan sistem konvensional. Untuk memproduksi air yang bersih dan aman biasanya membutuhkan tahap-tahap presipitasi kimia, adsorpsi, sedimentasi dan filtrasi [Anselme & Jacobs, 1996]. Masing-masing tahap harus dikendalikan untuk mendapatkan kinerja keseluruhan process yang optimal yang berakibat pada sistem pengendalian yang kompleks [Clever, dkk., 2000].
Saat ini UF telah digunakan untuk menggantikan tahap klarifikasi pada plant pengolahan air konvensional (koagulasi, sedimentasi, dan filtrasi), dengan demikian aplikasi UF ini dapat dikatakan sebagai operasi klarifikasi dan desinfeksi. Membran UF merupakan membran berpori akan tetapi seluruh kontaminan partikulat seperti virus dan bakteri termasuk makromolekul dapat direjeksi. Keuntungan utama proses membran UF tekanan rendah dibandingkan klarifikasi konvensional (direct filtration, settling/rapid sand filtration, atau koagulasi/sedimentasi/filtrasi) dan desinfeksi (post-klorinasi) adalah tidak diperlukannya bahan kimia, filtasi berbasis ukuran, kualitas produk yang baik dan konsisten khususnya terhadap penghilangan partikel dan mikroba, proses dan plant yang kompak, dan otomatisasi yang sederhana [Anselme & Jacobs, 1996].
Dalam aplikasinya, tergantung kualitas air baku, UF dapat dioperasikan dalam bentuk operasi tunggal atau kombinasi dengan proses lain (koagulasi, adsorpsi, dll.) atau hibrid dengan sistem membran (UF-MF). UF juga dapat bertindak sebagai proses utama ataupun sebagai pre-treatment misalnya untuk sistem RO.
Reverse Osmosis (RO)
Membran reverse osmosis (RO), atau juga disebut hyperfiltration, menggunakan membran tanpa pori (dense), dimana mekanisme transport terjadi melalui fenomena difusi. Sistem reverse osmosis dapat dikategorikan dalam Low Pressure RO dan High Pressure RO.
Sistem Low Pressure RO menggunakan tekanan operasi 5-10 bar untuk desalinasi umpan dengan TDS hingga 12.000. Membran LPRO seringkali digunakan dalam pengolahan air payau untuk menghasilkan air bersih. Sementara itu, sistem High Pressure RO menggunakan tekanan operasi 40-60 bar untuk desalinasi umpan dengan TDS hingga 35.000, sehingga banyak digunakan untuk desalinasi air laut.
Membran RO sangat rentan terhadap fouling sehingga seperti halnya UF, membran RO memerlukan pretreatment serta pencucian secara berkala. Pencucian RO dapat dilakukan secara fisik maupun kimia, tergantung dari tingkat fouling yang terjadi. Dalam sebuah unit RO, unit pencucian biasanya telah disertakan melalui sistem Clean-In-Place (CIP). Sistem RO kini telah dikenal secara luas oleh masyarakat, dan digunakan dalam berbagai aplikasi pemurnian air skala rumah tangga maupun industri.
Bioreaktor Membran (BRM)
Bioreaktor membran merupakan kombinasi antara proses pengolahan limbah secara biologis dengan proses membran. Bioreaktor membran dikelompokkan menjadi tiga yaitu bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa, bioreaktor membran aerasi, dan bioreaktor membran ekstraktif. Ketiga jenis bioreaktor membran ini memiliki fungsi masing-masing yang disesuaikan dengan jenis limbah.
Peran membran pada bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah menggantikan bak sedimentasi sekunder pada proses pengolahan limbah lumpur aktif. Dengan demikian, pemisahan antara efluen dan biomassa yang biasanya mengandalkan pada proses sedimentasi digantikan dengan proses filtrasi menggunakan membran. Hal ini menghasilkan keuntungan utama berupa penghematan ruang dan dihasilkannya kualitas efluen yang jauh lebih baik dibandingkan kualitas efluen yang dihasilkan proses sedimentasi. Sejumlah kasus yang ada menunjukkan bahwa efluen yang dihasikan dari bioreaktor membran tidak saja memenuhi standar buangan tetapi juga memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk digunakan kembali sebagai air proses. Proses membran yang biasa digunakan untuk bioreaktor membran pemisahan biomassa adalah mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), dan nanofiltrasi (NF). Dengan ukuran pori yang dimiliki ketiga proses membran ini, maka dapat dipastikan hampir seluruh biomassa maupun pengotor yang terdapat pada umpan yang berasal dari bioreaktor dapat direjeksi sehingga yang melewati membran adalah air yang telah terpisah dari biomassa dan pengotor lainnya. Konfigurasi bioreaktor membran untuk pemisahan biomassa pada awalnya berupa bioreaktor dan modul membran yang terpisah, kemudian muncul konfigurasi dimana modul membran direndam langsung ke dalam bioreaktor.
Pengembangan teknologi membran yang terus berlanjut dan semakin banyaknya plant yang telah teruji semakin membuktikan bahwa masa depan teknologi pengolahan air adalah teknologi membran. Hal ini didukung pula dengan semakin terjangkaunya harga unit membran selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Saat ini, proses berbasis membran telah dikembangkan pula untuk aplikasi selain pengolahan air, di antaranya penggunaan fuel cell di bidang energy, membran kontaktor, serta membran gas separation.
IGW-Oktober 2010